SPACE IKLAN

header ads

Hancurnya Hutan di Dompu, Dipicu Ulah Program Bupati Dompu Melalui Program TERPIJAR

Pabrik Jagung di Dompu.

WARTABUMIGORA. Dompu - Hancurnya hutan di Kabupaten Dompu sudah pasti karena ulah Program Bupati Dompu melalui Program Tebu, Sapi Jagung dan Rumput Laut (TERPIJAR).

Hal ini dikatakan Mursal selaku Kepala Bidang Perlindungan Hutan Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (PHKSDAE)  saat di hubungi wartabumigora.id melalui via telepon. Senin (14/12/2020).

Mursal menjelaskan, Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) NTB, bahwa tingkat kerusakan hutan di Kabupaten Dompu sudah sangat parah. Bahkan, kerusakan hutan di daerah yang terkenal dengan sebutan Kabupaten jagung itu bahwa Hutan di Dompu jika diibaratkan penyakit kanker, sudah masuk stadium empat.

" Ya memang di antara kabupaten/kota, kerusakan hutan di Dompu memang sangat parah, masuk  stadium empat. Sehingga membutuhkan tindakan-tindakan luar biasa untuk bisa dipulihkan kembali," katanya.

Ditemui terpisah, Elshabir menuturkan, Pemerintah wajib menutup gudang gudang jagung dan perseroan nya di NTB, jika ingin memelihara hutan, dan pemerintah untuk tidak membagikan bibit secara paksa kepada warga yang tidak memiliki lahan agar mereka tidak memaksakan kehendak untuk bertani padahal kemampuan nggak ada.

" Keberadaan PT. Seger Agro Nusantara yang beroperasi di Manggelewa harus ditutup," ucap Elshabir selaku Aktifis Lingkungan Hidup, pada wartabumigora.id. senin (14/12/2020).

Elshabir menyebut, pemicu rusaknya hutan dan kawasan termasuk adanya kontribusi gudang dan pabrik jagung yang merambah petani mulai dari Sumbawa hingga Bima, dan juga pembiaran yang dilakukan pemerintah dengan membuka kran by program seperti pijar, lahan baru, dan gapoktan fiktif yang memanfaatkan malt bibit jagung.

" Pemerintah yang baru terpilih harus berani mengambil langkah konkrit seperti apa yang ramah lingkungan dan tidak merusak kawasan dan hutan kita," imbuhnya.

Kendati demikian dengan keberadaan PT.SAN selain memberikan lapangan kerja baru, juga mengundang mudharat buat lingkungan sekitarnya. Selain kawasan hutan yang rusak juga lingkaran pabrik jagung dan gudangnya yang menimbun berbagai macam bakteri dalam sampahnya.

Sementara itu media ini mencoba menyambangi Pimpinan PT. SEGER AGRO Nusantara (PT.SAN), untuk memberikan tanggapan tentang stegmen tersebut, namun dirinya tidak sepakat jika usahanyalah yang memicu kerusakan kawasan hutan di Dompu.

" Oh, tidak saya tidak mau bahas itu, saya hanya pengusaha, dan silakan tanya DPRD, HBY dan Disnaker gimana PT.SAN dll selama ini dalam ikut membangun," pungkas ferry.

Dihubungi secara terpisah, Aktifis Wahana Lingkungan Hidup, Mahfud menambahkan kehadiran PT.SAN dan PT SUL di Manggelewa dan Madapangga sebenarnya bukan mensejahterakan rakyat Bima dan Dompu melainkan semakin merusak ekosistem dan lahan ,

" Para petani jadi semakin semangat menanam jagung hingga membabat alias ngoho karena ulah mereka yang menjanjikan harga dan ber spekulasi pasar, setelah petani berhasil menanam lalu harga dimainkan serta hutan kita hancur," ungkapnya.

Ia berharap kepada Kepala Daerah yang baru terpilih baik di Kabupaten Sumbawa, Dompu dan Bima segera mengusir dan meminta meninggalkan pulau sumbawa pabrik jagung dan gudang gudangnya karena survei membuktikan bahwa keberadaannya mau tidak mau ikut memberikan kontribusi kerusakan hutan.

" Solusinya suruh pak tani kembali ke alternatif lain seperti budidaya porang dan kelor hingga kemiri maupun jarak karena bisa di pagar dan tegalan," pungkasnya.

Sementara itu Mansur selaku warga setempat mengeluhkan keberadaan PT SAN yang tidak kooperatif dan anti kearifan lokal dengan tidak mengakomodir pekerja asli Dompu yang dipekerjakan.

" Kebanyakan pekerja dari jawa, kalaupun ada dari dompu itu hanya buruh kasar," katanya. (Nukman).

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar