SPACE IKLAN

header ads

Rencana Konfercab PGRI Dompu Tertutup dan Tanpa Sosialisasi

Yarid, STKepala SMKN 1Manggelewa Dompu.

WARTABUMIGORA. Dompu - Kepala SMKN 1 Manggelewa, Yarid ST melalui selulernnya, jumat (25/12) pada WartaBumiGora.id. menegaskan bahwa dirinya tidak tertarik untuk melirik Konfercab 22 PGRI Dompu.

" jadi begini munculnya nama saya bukan atas kehendak saya, itu yang perlu disampaikan dan itu keinginan dari beberapa teman yang menginginkan perubahan dalam organisasi, terangnya.

Konferensi adalah ajang untuk memilih kembali calon pemimpin yang akan mengawaki organisasi profesi dalam jangka waktu tertentu.

Harus ada atau memiliki sejarah organisasi secara personal kemampuan secara organisasi jangan mencoba memasang kader yang dibawah grade untuk memimpin organisasi besar selevel PGRI, hanya kecerdasan personalnya mereka ada.

" Percuma juga kita mencalonkan diri menjadi ketua pgri kalau hanya mengandalkan konvensional apalagi dibuat kubu kubuan jelang konfercab, terdengar informasi mantan ketua pgri dompu periode sebelumnya masuk kembali struktur yakni sekertaris padahal sudah purnatugas memang tidak dilarang dalam anggaran dasarnya, akan tetapi secara etika dalam organisasi itu sangat dilarang dan melanggar ethic organisasi." Jelasnya.

" Kalau yang sudah tua tua begitu minimal hanya menjadi penasehat (SC) jangan dijadikan (OC)." Sambungnya.

Pembahasan rencana peraiapan hingga tatib konfer pgri mengalami deadlock juga dikarenakan berbagai hal.

" Entah bagaimana ceritanya , deadlock ya itu tadi terkait verifikasi ulang syarat syarat pencalonan kandidat ketua dan lainnya, dirinya melihat konfercab ini semi politik mereka mencoba melihat calom atau kandidat itu siapa gitu.

" Sayangnya konfercab pgri ini kesannya tertutup, harusnya agenda ini menjadi milik semua guru se Kabupaten Dompu ini tentunya mulai tahapan tahapan bagaimana konferensi ini menghasilkan apa dan sebagainya termasuk sosialisasi dan pengembangan informasi yang menyangkut kegiatan ini harusnya membumi." Jelas dia.

Misalnya melalui spanduk, banner, baliho harusnya ada informasi tentang rencana kegiatannya akibat faktor kepentingan ingin maju menjadi calon sehingga mengabaikan semuanya termasuk hal tekhnis.

" Saya melihat tidak ada keterbukaan kegiatan konferensi ini dan hanya formalitas saja." Sambung dia.

Ia menjelaskan, Konfercab itu hanya formalitas saja untuk meng gol kan siapa jagonya untuk kepentingan kepentingan kelompok kecil itu.

" Seandainya konfercab pgri ada proses misalnya tahapan tahapan mulai muncul calon ini itu ditingkat kecamatan lalu ada tahapan diverifikasi, hingga akhirnya penetapan calon berapa orang dan lain dan lain sebagainya itu semuanya tidak ada dilakukan oleh rekan panitia baik yang bertindak sebagai steering committee maupun organizing committee dalam rangka hendak mengadakan kegiatan konferensi cabang pgri ke 22 yang menurut bocoran informasi akan di helat rencananya sabtu itupun bocoran yang belum jelas sumbernya, kata salah satu guru yang enggan di sebut namanya. Jumat (25/12/2020).

Apa yang dikehendaki oleh sekelompok kecil diatur semua termasuk itulah model konferensi yang akan dilaksanakan besok ini tanpa adanya keterbukaan dan transparansi.

" Saya sudah ogah membahas pgri karena sejak tahun 2009 hingga 2013, saya pernah menjadi pengurusnya, akan tetapi terasa hambar karena pgri sudah jauh dari sifat independen," jelas dia.

Sementara itu, Ketua FIGUR Kabupaten Dompu, Hendra pun melihatnya sama.

"Harusnya pgri ini membawahi semua guru tanpa terkecuali sebab sifatnya pgri ini khan dari sifatnya yaa" katanya.

Harusnya menjadi sebuah entitas orprof yang independent, non partisan dan jauh dari politik praktis.

"Faktanya konsolidasi dan koordinasi sekelompok kecil kepentingan menyeret pgri ke dinas dikpora padahal dinas dikpora tidak masuk dalam struktur maupun lainnya dari orprof, jadinya khan lucu, dinas men dikte pgri," tutur hendra.

Sementara itu, Yarid yang pernah mengurus organisasi inipun melihat saat ini pgri belum bisa berubah terutama pada hal hal yang kecil seperti pelaksanaan kongres konfercab dll.

"Intinya kegiatan konfercab Pgri itu tidak se ideal yang kita harapkan maksudnya menatanya dengan professional melainkan pgri itu hanya ikut kemauan segelintir orang, tambahnya.

" Intinya pgri itu mana maunya pengurus atau orang orang di , di Ranting ranting, di PC hal ini menurutnya sangat beralasan," tegas yarid.

"Jadi begini, jumlah guru di Kabupaten Dompu ini mulai jenjang SD dan SMP belasan ribu tetapi kenapa yang hadir di konfercab selama ini yang diadakan panitia tidak sampai seribu orang bahkan yang hadir hanya ratusan itu lah fakta bahwa kurangnya atau sangat minimnya sosialisasi yang baik membumi serta terstruktur dengan amat sistematis oleh kerja kolektif kepanitiaan." Beber dia.

Pendapat Yarid, ST tersebut mendapat tempat dan pujian dari seorang akademisi yang juga Ketua ICMI Dompu, Imansyah, M.Pd.

Hal senada, Imansyah menyimpulkan dan menilai PGRI telah menjadi organisasi profesi yang telah terkontaminasi saat ini.

" PGRI sudah menjadi Underbouw kekuasaan, sudah dijadikan alat untuk melobi jabatan jabatan, dimanfaatkan untuk menindis satu dengan yang lain, bahkan dimanfaatkan untuk menyingkirkan anggotanya yang tidak sejalan dengan keputusan picik licik sepihak segelintir elit yang memiliki kepentingan," katanya.

Cendekiawan Muda ink sangat berharap kepada seluruh masyarakat yang ada terutama kaum pendidik dan lainnya agar tahu diri mawas diri mengelola organisasi dengan baik.

" Saat ini kita tengah menghadapi era kesejagatan dan milenial serta revolusi industri 4.0, kita diharapkan untuk menjadi sumber daya yang tangguh handal dan bisa diandalkan, bagaimana mau membangun dan menguatkan kapasitas pendidikan jika kita sebagai pelaku sistem pendidikan itu sendiri belum tau caranya bahkan masih saling sikut dan berkecil hati mengajukan profil kandidat yang out of the box , yang cerdas dengan grade dan pemahaman organisasi yang lebih bukan yang ecek ecek,"pungkasnya.(Nukman).

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar