SPACE IKLAN

header ads

Inovasi Bale Data, Upaya Para Budayawan Muda Mencatat Budaya Lombok Utara Dalam Museum Digital

Berita Nasional
HEADLINE NEWS
Oleh. Dvd
Editor. L. Muhasan
19 November 2021.

Lombok Utara -Era digital atau yang lebih masyhur dengan sebutan "4.0" menuntut masyarakat harus adaptif dengan perkembangan teknologi. Hal tersebut juga harus diadaptasi guna menghimpun, menyimpan, dan mengkaji arsip-arsip budaya. Diketahui, masyarakat Lombok Utara sendiri memiliki tradisi dan budaya mengarsip sejak lama. Arsip-arsip tersebut dibekukan dalam bentuk simbol-simbol  arsitektur rumah, masjid dan berugak (saung). Selain itu, penghormatan masyarakat Lombok Utara terhadap benda-benda bersejarah tergolong tinggi. Benda-benda bersejarah tersebut biasanya disimpan di Bale Beleq (rumah adat) dan diritualkan setiap tahun. Di samping itu, masyarakat Lombok Utara juga menyimpan sejarah dalam bentuk aksara yang ditulis di atas lontar, yang dilantunkan dalam setiap upacara adat. 

Realita masyarakat Lombok Utara dengan budaya pengarsipan dan modernisasi teknologi, lantas memunculkan gagasan yang lahir dari rahim pemikiran para pemuda pegiat budaya di Yayasan Pasir Putih untuk mengabadikan jejak budaya Lombok Utara dalam sebuah Museum Audio Visual yang bertajuk "Bale Data". Hal tersebut disampaikan Direktur Program Yayasan Pasir Putih Muhammad Sibawaih dalam sambutannya di acara Pameran Hikayat Pengarsipan Bale Data di aula Masjid Besar Pemenang, Kamis (17/11/2021). Dipastikan kegiatan ini akan berlangsung hingga 30 Nopember 2021.

"Hingga 10 tahun keberadaan Pasir Putih, kami memiliki mimpi, bahwa kebudayaan Lombok Utara dapat tercatat, terdokumentasi, dan dapat dikaji sebagai literatur serta bank data kebudayaan dalam bentuk Museum Audio Visual," ungkap Sibawaih. 

Menurut Sibawaih, kegiatan Museum Audio Visual Kebudayaan Lombok Utara sejatinya telah berjalan sejak bulan September 2021 lalu, dimulai dari tahapan penelitian, pemetaan, dan pendataan subjek arsip, kemudian dilanjutkan dengan pengumpulan dan digitalisasi arsip, diakhir proses akan dilakukan diskusi mendalam dengan berbagai pihak. 

"Kita mulai ini kira-kira sudah tiga bulan, dengan berbagai tahapan, alhamdulillah semua mendukung dengan antusias, bahkan pihak-pihak yang memiliki subjek arsip begitu antusias dan senahg ketika mereka tahu kami akan membantu mereka menjaga arsip mereka," tambahnya. 

Pada kesempatan yang sama, Kurator Pameran Hikayat Pengarsipan Bale Data Mahardika Yudha menyatakan, Bale Data merupakan  langkah yang lebih serius dari sebuah kegiatan pengarsipan budaya. Menurutnya, kebudayaan dan pengetahuan lokal memiliki potensi besar jika dielaborasi secara baik, sehingga kegiatan pengarsipan merupakan media bagi masyarakat Lombok Utara untuk belajar kembali memahami hal-hal yang sudah dimiliki, seperti tradisi dan ritual-ritual budaya. 

"Saya pikir ini adalah langkah yang lebih serius, sebagai bentuk pengarsipan terhadap kebudayaan kita. Sebenarnya kita juga tidak kalah, pengetahuan dan kebudayaan lokal begitu kaya jika dielaborasi, dan inilah cara kita belajar kembali memahami apa yang kita miliki," urai Yudha. 

Di samping itu, Yudha menuturkan, Pameran Hikayat Pengarsipan Bale Data ini merupakan sebuah sketsa atau gambaran sejarah pengarsipan budaya di Lombok Utara dari masa ke masa, mulai dari tutur (cerita) atau tembang, pengarsipan dalam bentuk lontar, hingga audio visual serta merambah ke media sosial. 

"Pada pameran ini kami merangkum sejarah pengarsipan budaya Lombok Utara, berbagai macam pola seperti pola tutur bercerita, pola penulisan dalam bentuk lontar, hingga masa modern saat ini yang menggunakan media audio visual," pungkasnya. 

Sementara itu, Wakil Bupati Lombok Utara Danny Karter Febrianto R yang memberikan sambutan serta langsung membuka dan meresmikan kegiatan Pameran Hikayat Pengarsipan Bale Data mengungkapkan, tidak akan habis pembicaraan mengenai potensi kebudayaan Lombok Utara. Bahkan ia menyebutkan, Lombok Utara sebagai salah satu benteng kebudayaan di Lombok, sehingga pengarsipan dalam bentuk digital dinilainya sebagai langkah pemuda yang inovatif. 

"Ini hal yang luar biasa, transformasi pengarsipan dari sistem lawas menuju digital ini adalah langkah besar untuk pelestarian budaya Lombok Utara, dan dapat dikatakan salah satu benteng kebudayaan Lombok adalah Lombok Utara," urai Danny. 

Ia merasa terhormat mendapat kesempatan mersmikan dan membuka kegiatan kebudayaan yang diinisiasi Yayasan Pasir Putih dan didukung oleh program Fasilitas Bidang Kebudayaan (FBK) Kemendikbud RI tersebut. Dalam kesempatan itu, Wabup Danny menjanjikan akan menyediakan ruangan khusus di gedung Perpustakaan Daerah KLU bagi para budayawan dan seniman serta untuk Museum Budaya Lombok Utara. 

"InsyaAllah gedung Perpustakaan Daerah KLU akan selesai tahun ini, nanti kami akan sediakan ruang di sana guna kegiatan pengarsipan atau Museum Budaya Lombok Utara dan tentu saja sebagai tempat bagi para seniman dan budayawan kita juga," tutup Wabup Danny. 

Pada kegiatan tersebut, Yayasan Pasir Putih memberikan kejutan penghargaan kepada tiga orang Tokoh Adat dan Budayawan Lombok Utara yang selama ini dinilai berkontribusi besar seperti Datu Artadi, Raden Suta Gede dan Supardi (Amiq Khalid). 

Pameran Hikayat Pengarsipan Bale Data ini menampilkan beberapa dokumen lama dalam bentuk naskah lontar, lukisan, sketsa, waran (dongeng), kain tenun Bayan, serta berbagai arsip budaya yang sudah disajikan dalam bentuk digital atau audio visual. Tak ketinggalan, Wabup Danny beserta beberapa tokoh adat, dan pejabat yang hadir langsung mengunjungi pameran tersebut didampingi oleh kurator acara, para seniman pemilik karya dalam pameran  dan Direktur serta anggota Yayasan Pasir Putih. 


Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar