SPACE IKLAN

header ads

Indonesia Berkaca Atas Kejadian Srilangka



Ilustrasi.

Oleh. Sutoyo.

Kejadian di Srilangka langsung atau tidak langsung akan memantik semangat perjuangan rakyat melawan pemerintah di Indonesia. Semua akan terjadi karena kesamaan sebab akibat yang sama.

Sementara ini ada pihak pihak dari pemerintah mencoba menyewa para ilmuwan dan politisi menyangkal bahwa kejadian di Srilangka tidak akan berpengaruh di Indonesia. Adalah rekayasa sia sia dan hanya untuk bertahan sementara.

Kekuatan membangun kroni kekuasaan di Srilangka sangat kuat untuk mempertahankan kekuasaan ahirnya jebol dan porak-poranda. Gambaran sekilas bisa di lihat dan dikaji secara seksama.

Semua jabatan penting dalam negara mereka kuasai mulai dari nama Mahendra Rajapaksa, Gotabaya Rajapaksa ( adiknya ), Yoshita Rajapaksa, Namal Rajapaksa ( menteri anak dari Mahendra ), Sharsee Indra Rajapaksa ( anak Gotabaya ). Chamal Rajapaksa ( kakak Mahindra ), Basil Rajapaksa dan Sederat kerabat Presiden semua menduduki jabatan menteri . Keluarga Rajapaksa telah menguasai negara kepulauan itu selama dua dekade terakhir.

Betapa kuatnya pertahanan kabinet untuk menjaga kekuatan dan kekuasaan Gotabaya Rajapaksa agar tetap menguasai kekuasaannya. Sebelum menjabat presiden Gotabaya telah memegang posisi senior di Kementerian Pertahanan dan dipuji oleh sebagian orang karena caranya menangani perang saudara. Basil ( adik chamal ) memegang gawang sebagai  di Kementerian Keuangan dan Pembangunan Ekonomi.

Mahinda Rajapaksa dan adiknya Gotabaya sama wataknya membuka jalan bagi keluarganya untuk menjarah kekayaan negara demi keuntungan finansial mereka sendiri dan tidak peduli dengan rakyatnya dalam penderitaan hidupnya.

Kesamaan yang terjadi antara Srilangka dan Indonesia :

Ketika negara mengalami krisis ekonomi, akibat  ketidak becusan memimpin dan mengelola ekonomi negara, korupsi merajalela dan hutang ke negara China yang tidak terkendali itu resiko politik yang pasti akan meledak.

Kesulitan ekonomi telah mendorong banyak kalangan yang tadinya memilih Gotabaya tapi kini membawa spanduk bertuliskan "Gota go home". Kalimat itu bermakna ganda. "Gota pulanglah" barangkali plesetan dari ungkapan bahasa Inggris "gotta go home" serta Gota yang merujuk nama panggilan sang presiden. Itu sudah muncul di Indonesia.

Anti klimaks kebencian rakyat kepada pemerintah di Srilangka telah merubah bentuknya rakyat menyerbu kediaman resmi PM setelah kawanan pro-pemerintah pergi ke lokasi unjuk rasa damai di dekat situ dan menyerang para demonstran tersebut.

Ini alamiah semakin keras aparat keamanan melawan kekuatan rakyat akan semakin besar perlawanan rakyat kepada penguasa. Maka tak lama kemudian bentrokan menyebar ke seluruh negeri dan pengunjuk rasa yang marah membakar beberapa properti milik keluarga Rajapaksa, termasuk rumah keluarga mereka di Hambantota.

Para pengunjuk rasa juga menghancurkan makam orang tua Rajapaksa serta tugu peringatan yang didedikasikan untuk mereka. Sebagai presiden, Gotabaya dituduh menyalahgunakan dana negara untuk membangun tugu peringatan tersebut.

Pada hari Jumat (6 Mei), Gotabaya mengumumkan keadaan darurat untuk kedua kalinya dalam sebulan setelah pemogokan massal berbuntut penutupan toko-toko dan bisnis di seluruh negeri. Ahirnya harus melarikan diri.

Presiden Jokowi kalah jauh dengan bangunan dinasti Rajapaksa, yang baru menempatkan anak dan menantunya sebagai Walikota. 

Cukup cerdik berlindung dibalik Oligargi dan mengira akan ada perindungnan jangka panjang, lupa kepentingan Oligarki hanya kepentingan ekonomi dan politik menguasai sumber daya alam. Sifatnya rentan, begitu keterjang kekuatan rakyat pasti ambyar dan mereka akan kabur membawa kekayaannya.

Kekuasaan Presiden Jokowi pada posisi yang sangat rentan ketika terjadi krisis ekonomi, korupsi dimana mana dan rakyat telah men-stigma Presiden hanya memperkaya diri bersama kroni kroninya, tidak mungkin akan bisa berlindung dengan kekuatan apapun termasuk berlindung pada kekuatan TNI. 

Sekalipun di internal TNI sedang ada gangguan tetapi TNI akan tetap pada posisinya sebagai alat pertahanan negara, berfungsi sebagai; penangkal terhadap setiap bentuk ancaman militer dan ancaman bersenjata dari luar dan dalam negeri terhadap kedaulatan, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa . Saat yang genting TNI pasti akan menyatu dengan kekuatan rakyat sebagai pemilik kedaulatan negara.

Presiden sudah diujung tebing cepat, tidak hati hati dan terus mengabaikan suara rakyat fepat atau lambat akan jatuh dan sangat mungkin akan berakhir tragis sama dengan presiden Srilangka.

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar