SPACE IKLAN

header ads

Sutoyo: Indonesia Sudah Busuk dari Dalam

Oleh. Sutoyo A.

"Fabel Aesop mengatakan : "mempersiapkan diri setelah bahaya datang adalah sia-sia"

Indonesia kembali ke alam penjajahan ekonomi dan politik  itu bukan omong kosong , terlihat dengan terang benderang kalau di lihat dari tapak tapak proses historisnya sampai Indonesia tidak bisa lagi berkutik untuk mandiri dibidang ekonomi dan politik, menyerah kepada Oligarki.

Semua sudah jatuh dan lumpuh dalam kendali oligarki. Akibat pemimpin negara ini tidak hati hati dan semua tenggelam dalam alam hedonis dan kering menjaga Nusantara ini sesuai amanah UUD 45 asli khususnya tujuan bernegara sebagaimana ada dalam pembukaan UUD 45.

Ancaman kebijakan China yang sejak lama ingin menjadikan imperium meliput ekonomi, budaya dan politik dilihat hanya sebelah mata. Semua pintu dibuka oleh Jokowi, bahkan oligarki diberi karpet merah untuk leluasa mengacak-acak Indonesia.

Memang tidak semua kejadian  mutlak karena ulah Presiden Jokowi ada peristiwa yang mendahuluinya.

Pada masa Presiden Sukarno. Ketika dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No 10 Tahun 1959. Isinya melarang mereka berdagang di daerah-daerah di bawah tingkat kabupaten. Semua pedagang eceran Cina harus menutup usahanya di pedesaan. Ratusan ribu WNA dipulangkan ke negeri leluhur. 

Masa Presiden Suharto, diterapkan kebijakan pokok warga asing dalam proses asimilasi terutama mencegah kemungkinan terjadinya kehidupan China menjadi  eksklusif rasial. 

Masa Presiden Habibie terjadi kejadian fatal dan sangat penyakitkan ketika Pribumi sedang terus terkena gempuran, keluarlah Instruksi Presiden  Nomor 26 Tahun 1998 tentang Penghentian Penggunaan Istilah Pribumi dan Non Pribumi. Sebuah Keputusan yang menghilangkan akar sejarah terbentuknya NKRI.

Beruntun pada masa Presiden Gusdur, Megawati dan Susilo Bambang Yudhoyono, lahir beberapa kebijakan Oligark mulai menemukan bentuk dan tempat pijakan untuk mewujudkan i donesia sebagai imperium jajahannya.

Lahirnya Keputusan Presiden Nomor 6/2000, yang memberikan warga China kebebasan melaksanakan ritual keagamaan, tradisi, dan budaya kepadanya. Lahir keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 2002, hari Imlek menjadi hari libur Nasional dan kebijakan yang isinya “kita tidak boleh menyebut CHINA diganti TIONGHOA atau komunitas TIONGHOA.

_"Sampai pada era ini  oligarki masih tertutup masuk untuk intervensi dalam menentukan kebijakan negara"_.

Bunuh diri atau pembusukan dari dalam benar benar terjadi di era Presiden Jokowi saat ini . Indonesia masuk dalam skenario taktik dan strategi RRC dalam skema program traktat perdagangan yang dikenal dengan CAFTA (China - ASEAN Free Trade Area), untuk menciptakan Indonesia dalam kendali sesuai kepentingan ekonomi, budaya  dan politik China.

Saat ini kita kenal dengan strategi dengan nama One Belt One Road (OBOR). China memberi hutang dan menawarkan investasi kepada Indonesia bukan hanya bermotif ekonomi tetapi jelas ada motif politik ketergantungan Indonesia kepada China.

Kecelakaan ini sudah masuk  pada titik nadzir. Pasal 6 (1) UUD 1945 yang semula berbunyi: "Presiden ialah orang Indonesia ASLI, diubah. Selangkah lagi target warga China harus bisa jadi Presiden Indonesia. Mereka sudah berhasil mengubah psl 6 (1) UUD 45 adalah prestasi gemilang sebagai pintu masuk China sebagai penguasa di Indonesia.

Lengkap sudah instrumen pondasi Oligarki ( China ) untuk mengibarkan bendera sebagai tanda Indonesia sudah jatuh dalam penjajahan baru oleh Oligarki ( China ).

Sangat mengejutkan laporan Bank Dunia pada 15 Desember 2015, sebanyak 74 persen tanah di Indonesia dikuasai oleh 0,2 persen penduduk ini pemilikan tanah paling ekstrim di dunia, ( berkaca pengalaman di Afrika Selatan, 5 persen penduduk kulit putih menguasai 50 persen tanah, negaranya bubar. )

Pembusukan dari dalam dan runtuhnya negara Indonesia sudah didepan mata. Terlihat masih normal tetapi sesungguhnya negara ini tinggal menunggu roboh dan  kehancurannya.

Sun Yat Sen :  pernah mengatakan ; Bangsa Indonesia adalah bangsa yang tidak punya keinginan untuk membebasklan diri dari penindasan ibarat “a sheet of loose sand”. Bagaikan pasir yang meluruk dan rapuh. Tiada keteguhan, sehingga mudah ditiup ke mana-mana

Kondisi seperti ini tinggal terpulang ada pemilik kedaulatan negara yaitu rakyat sendiri. Selamatkan Indonesia,  _It's now or never .. Tomorrow will be to late_* ( sekarang atau tidak pernah - besok atau semua terlambat ).

Anomali ini harus di perbaiki : Aut non tentaris, aut perfice ( _laksanakan hingga tuntas atau jangan mengupayakan sama sekali_ ). Diam tertindas atau bangkit melawan .

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar