Foto. Penerima manfaat PKH di Kecamatan Lembar Lombok Barat.
WARTABUMIGORA. LOMBOK BARAT - Dari 36 ribu peserta Program Keluarga Harapan (PKH) di Kabupaten Lombok Barat (Lobar), belum separohnya dinilai mandiri. Secara khusus, di Kecamatan Lembar, ada 20 orang peserta PKH yang menyatakan diri keluar sebagai peserta PKH. Mereka rata-rata beralasan karena sudah mandiri. Artinya, tidak lagi mendapakan bantuan finansial untuk kebutuhan ekonomi mereka.
Keluarnya peserta PKH atau dinyatakan sebagai graduasi ini, disampaikan melalui kegiatan Prosesi Graduasi Sejahtera Mandiri dan Launching Program Pengembangan SDM PKH di halaman Kantor Camat Lembar, Selasa (31/12/2019).
Bupati Lombok Barat, H. Fauzan Khalid dalam sambutannya, nemberikan apresiasi kepada 20 orang yang penuh kesadaran tinggi dan tanpa paksaan untuk keluar sebagai peserta penerima PKH di Kecamatan Lembar.
“Saya sendiri tergugah untuk menyatakan bahwa, dalam hidup ini yang namanya konsep keberkahan termaktub dalam ajaran agam Islam,” petuah bupati di hadapan Plt Kadis Sosial Lobar H.Mahyudin, keluarga besar Dinas Sosial Lombok Barat, seluruh pendamping PKH Kecamatan Lembar serta puluan peserta PKH.
Pada kesempatan itu, bupati sempat menyebut warganya yang pertama kali menytakan diri keluar dari peserta PKH. Disebutkan, warga tersebut dikenal dengan sebutan JuPe (Juragan Pecel) dari Desa Duman, Kecamatan Lingsar. Keluarnya JuPe dari peserta PKH, justru lebih membawa berkah, karena sempat diundang oleh Presiden Jokowi ke Istana Negara.
Foto. Buapti Lombok Barat, H. Fauzan Khalid didampingi Camat Lembar saat lakukan program PKH di Kecamatan Lembar.
“Ini sebuah penghargaan dan salah satu contoh paling nyata yang harus kita tanam dari apa yang namanya keberkahan dan rizki,” kata bupati mengingatkan.
Di tempat yang sama, Plt Kadis Sosial H. Mahyudin menyatakan keluarnya 20 orang peserta PKH di Kecamatan Lembar ini, artinya mereka sudah memiliki kemampuan yang cukup untuk mendalami kebutuhan hidupnya. Diharapkan kesadaran tanpa paksaan ini akan menjadi motivasi bagi peserta PKH lain untuk terus berusaha, meningkatkan semangat berusaha, sehingga pendapatan keluarga bermuara pada keluarga yang mandiri.
Kata Asisten III Setkab Lombok Barat ini, saat yang sama juga dirangkai dengan pembagian 70 paket santunan bagi lansia dan anak yatim. Harapannya, peserta PKH yang lain menjadi termotivasi, dan secara bertahap mereka bisa tergraduasi.
“Ini sebagai parameter keberhasilan, termasuk kebanggaan kita kepada teman pendamping PKH yang memiliki rasa empati dan peduli kepada peserta PKH,” kata Mahyudin.
Sebagai testimoni, salah satu peserta PKH yang menyatakan diri keluar dari peserta adalah, Muhsinin (35 tahun) dari Dusun Kesamik Rempek Desa Labuan Tereng. Dikatakan, dirinya keluar sebagai peserta PKH karena sudah mampu dan mandiri. Kendati sebagai pengusaha pembuatan batu bata, Muhsinin sadar, tanpa paksaan untuk tidak lagi sebagai peserta PKH.
“Ada lagi yang lebih berhak meneima dan saya sadar, tanpa paksaan untuk keluar dari peserta PKH. Alhamdulillah saya sudah mandiri,” sebut Muhsinin usai menerima sertifikat gradusasi kesejahteraan mandiri.
Sementara itu, Dennis Lesmana salah seorang pendamping PKH mengaku bangga dengan pekerjaannya sebagai pendamping.
Dennis mengaku, dirinya bisa turun kelapangan hampir setiap hari tergantung jadwal pertemuan. Pendamping biasanya melakukan pertemuan wajib setiap kelompok tiap bulan, dengan jumlah kelompok yang didampingi bervariasi, antara 10 hingga 14 kelompok.
"Kesannya Alhamdulillah luar biasa. Inaq-inaq (ibu-ibu, red) keluarga penerima manfaat (KPM) yang kami dampingi memiliki latar belakang yang sangat rendah, belum mengecap pendidikan sama sekali, sehingga kami pendamping harus sigap dan cepat dalam menguasai bahasa dan medan," ungkapnya.
"Semoga bisa diberikan kendaraan operasional bagi kami sebagai pendamping. Karena medan yang kami tempuh masih agak ekstrim," lanjutnya berharap.(llu).
Baca Juga
0 Komentar