SPACE IKLAN

header ads

Asas Membangun Desa Itu Partisipasi bukan Representasi

Asas Membangun Desa Itu Partisipasi  bukan Representasi.

WARTABUMIGORA LOMBOK BARAT - Dalam acara Pelatihan Penguatan Kapasitas Karang Taruna Harapan Baru, Desa Taman Baru dengan tema "Peran Pemuda dan Tanggung Jawab Sosial di Era Milenial, Sabtu (17/4), Agus Dedi Putrawan,M.Si., salah seorang Pemateri menyampaikan, bahwa tantangan bagi anak muda kedepannya adalah kesulitan dalam menyaring informasi yang benar dan kerap menjadi objek yang dimanfaatkan dalam ajang demokrasi desa, Pilkades. 

"Tantangan kedepan anak muda tidak bisa memilih dan memilah mana yang benar, karena di era post truth atau pasca kebenaran ini kan kita tidak hanya mencari informasi, tapi informasi yang menggerakkan mereka. Terus yang kedua tantangan untuk berpikir kritis anak-anak muda terutama di desa selama ini digunakan sebagai komoditi ketika momentum Pilkades," jelasnya. 

Dosen UIN Mataram tersebut menilai partispasi anak muda dalam membangun desa saat ini belum sesuai dengan keterbukaan yang diberikan oleh desa sendiri. Pemerintah desa dalam hal ini belum melibatkan anak muda dalam kegiatan musyawarah desa maupun dusun, padahal asas pembangunan desa menurutnya dalam setiap prosesnya membutuhkan partisipasi aktif semua pihak, termasuk anak muda.  

"Sedangkan untuk berpikir kritis itu syaratnya dalam konteks desa, pertama itu transparansi, kedua akuntabel, ketiga partisipasi. Jadi menuntut partisipasi kepada anak muda, berarti menuntut keterbukaan dulu, baru orang mau percaya. Kalau sudah percaya baru orang mau terlibat dalam membangun desa. Kenapa anak muda hari ini apatis, karena desa juga tertutup. Misal informasi atau akses untuk musyawarah desa, musyawarah dusun itu anak-anak muda jarang sekali dilibatkan. Asas membangun desa ini dari perencanaan dan evaluasi asasnya tetap sama asas partisipatif, bukan representatif. Kalau representatif itu desa kadang memilih dan memilah orang-orangnya untuk ikut menentukan proses APBDes, Perdes dan sebagainya. Orang-orang itu hanya orang-orang mereka saja. Maka sebenarnya partisipasi yang diamanatkan dari desa itu bagaimana semua warga ikut berpartisipasi. Setelah partisipasi maka terbangunlah kepercayaan. Jadi partisipasi ini sebenarnya terbangun dari kepercayaan. Kepercayaan terbangun dari keterbukaan," ungkapnya. 

Lebih lanjut, pria berkacamata tersebut menyarankan agar papan informasi desa dipasang di setiap dusun agar tingkat literasi anak muda akan anggaran, dan kegiatan desa bisa ditingkatkan. 

"Kalau bisa di setiap dusun itu ada papan informasi desa. Setiap apa kegiatan desa, apa kekurangan desa apa yang sedang dilakukan itu di setiap dusun ada. Bukan informasi yang di kantor desa yang APBDes itu hanya untuk menggugurkan kewajiban, bukan itu esensinya. Kalau desa mau membangun tingkat literasi anak muda tentang anggaran, kegiatan desa itu harus ketika dia buka lawang (pintu) di rumahnya maka dia sudah dapat informasi tentang apa yang telah dilakukan oleh desa," jelasnya. 

Menurutnya, informasi tentang kepemudaan harus ada di setiap dusun sebagai informasi dasar, dan mempunyai anggaran tersendiri. Sementara inovasi dan kreasi bukanlah suatu prestasi, karena masih dalam kategori normal. Dikatakan sebuah prestasi ketika Pemerintah Desa sudah  mampu bertindak melebihi batas normal tersebut. Bahkan lebih lanjut Ia menilai pemerintah desa umumnya saat ini masih belum mampu melaksanakan tugas sampai ke batas normal tersebut. 

"Anak muda sekarang ini berapa jumlahnya, apa saja potensi mereka, dimana saja mereka kerja, siapa saja yang nganggur itu informasi dasar yang di setiap dusun harus ada dan itu ada anggarannya. Jadi tidak sekedar inovasi kreasi. Ini kan yang kita sebut prestasi itu ketika hal-hal yang dilakukan normal kita anggap prestasi sebenarnya bukan. Yang kita sebut prestasi itu ketika dia bisa melampui yang normal itu. Normal dalam arti apa yang diamanatkan oleh undang-undang itu normal dilakukan dan tidak butuh penghargaan. Nah hari ini desa tidak melakukan yang normal bahkan dia min, mundur sekedar melalukan yang normal aja susah apalagi yang prestasi. Jadi jangan sebut prestasi sudah kalau normalnya aja enggak. Normalnya tadi itu keterlibatan anak muda di setiap lembaga-lembaga mitra desa ini kan ada ruang-ruang aplikasi, ruang-ruang aktualisasi," tutupnya.(Us).

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar