SPACE IKLAN

header ads

Identitas Politik, Kampanye Dan Gebrakan Para Caleg Meraih Kemenangan

Foto. Istimewa.

Oleh :Hendra, S.Sos.,M.A. &  Dr. Ady Ardyansah, S. Sos., MM(Dosen Ilmu Politik Universitas Mbojo Bima-NTB)

Politik menjadi instrument penting dalam negara demokrasi sebagai jalur menyampaikan aspirasi terhadap kebutuhan, tuntutan dan harapan masyarakat yang susuai dengan tujuan negara sebagaimana termuat dalam konstitusinya. Jika kita mengambil pengertian demokrasi sebagaiman dalam satu kesempatan pernah disampaikan oleh salah satu presiden Amerika Abraham Lincoln “Government of the people, by the people, for the people”  (pemerintah dari rakyat,oleh rakyat dan untuk rakyat). Rakyat menjadi otoritas tertinggi yang memiliki kekuasaan dan kedaulatan. Oleh karena itu lewat mekanisme demokrasilah rakyat menyerahkan kedaulatanya  kepada yang mewakilinya atau yang dipilihnya melalui partai politik dalam momentum yang kita kenal dengan pemilihan umum.

Pemilihan umum adalah momen penting dalam kehidupan demokrasi suatu negara. Dari sinilah lahir pemimpin – pemimpina hasil dari pilihan rakyat, baik pada lembaga eksekutif, mulai dari presiden samapai kepala desa maupun Lembaga legislative baik ditingkat nasional, regional maupun ditingkat lokal, yang kita kenal dengan anggota DPR. Di Indonesia, tiap pemilihan umum selalu menyuguhkan dinamika politik yang menarik, termasuk di Kota/Kabuapten Bima, Nusa Tenggara Barat. Wilayah ini menjadi saksi dari perang baliho dan gebrakan kampanye caleg yang memanas, menggambarkan semangat politik yang tidak pernah padam di kalangan masyarakat.

Perang baliho menjadi pemandangan umum di sepanjang jalan Kota/Kabupaten Bima. Wajah-wajah para caleg dari berbagai partai politik memenuhi sudut-sudut strategis, menjadi daya tarik tersendiri bagi warga yang hendak menyaksikan perkembangan politik di daerah mereka. Setiap baliho mengusung visi, misi, dan slogan yang berbeda, mencerminkan ideologi dan tujuan dari masing-masing kandidat. Setiap caleg yang tampil tentu, memiliki gaya kampanye yang beragam dengan berbagai pertimbangan dan pemikiranya masing – masing dan juga sesusi kemapuan yang ada. Boleh jadi caleg yang memiliki modal politik yang mumpuni akan memaksimalkan baliho sebagai media kampanye yang efektif, namun berbeda dengan caleg yang memiliki keterbatasan dalam hal dana politiknya barang kali modal sosial dapat dimaksimalkan sebagai cara untuk mengambil hati rakyat.

Dalam konteks kampanye politik, gebrakan menjadi kunci utama bagi setiap caleg untuk menarik perhatian dan dukungan masyarakat. Berbagai macam dan gaya kampanye sebagai gebrakan para caleg untuk meraih suara kerap dilakukan, barang kali hal tersebut merupakan identitas bagi masing – masing caleg, karena punya cara dan gaya yang unik, yang susungguhnya dilakukan untuk merebut hati rakyat meraih kemenangan. Di tengah persaingan yang ketat, para caleg berlomba-lomba menyusun strategi kampanye yang kreatif dan inovatif. Mulai dari pertemuan terbuka dengan warga, sosialisasi program-program unggulan, hingga kegiatan kebersihan lingkungan yang diikuti oleh para simpatisan, menjadi bagian dari repertoar kampanye yang digaungkan.

Namun, di balik gemerlapnya baliho dan semaraknya kampanye, terdapat berbagai tantangan yang harus dihadapi oleh para caleg. Salah satunya adalah menjaga integritas dan kejujuran dalam setiap langkah kampanye yang dilakukan. Demi meraih simpati dan dukungan masyarakat, beberapa caleg terkadang terjerumus dalam politik praktis yang tidak sejalan dengan semangat demokrasi yang seharusnya dijunjung tinggi.

Dalam konteks pemilihan umum, Kota/Kabupaten Bima menjadi arena pertarungan ide dan visi antara para caleg yang berkompetisi. Semangat politik yang memanas di Kota/Kabupaten Bima ini mencerminkan keinginan dan harapan masyarakat akan perubahan dan kemajuan yang diharapkan. Namun, di tengah dinamika politik yang kompleks, penting bagi semua pihak untuk tetap menjunjung tinggi prinsip demokrasi, keadilan, dan kesejahteraan bersama.

Pemilihan umum adalah momentum bagi warga negara untuk menyalurkan suara dan aspirasinya pada tanggal 14 Februari 2024. Oleh karena itu, dalam memilih para wakilnya, warga Kota/Kabupaten Bima diharapkan mampu memilih dengan bijak, mempertimbangkan dengan cermat, serta mengutamakan kepentingan bersama di atas segalanya. Hanya dengan demikian, cita-cita demokrasi yang adil dan berkualitas dapat terwujud, bukan hanya di Kota/Kabupaten Bima, tetapi juga di seluruh penjuru negeri Indonesia. Dengan satu harapan melalui pemilihan umum menjadi babak baru bagi proses pembangun negeri untuk Indonesia yang lebih baik, dalam konteks lokal untuk dou labo dana mbojo yang lebih baik. Tulisan ini mengajak kepada kita untuk melihat konteks pertarungan politik sebagai cara kita mengajarkan demokrasi yang bermartabat dengan cara yang dibenarkan dan konstitusional dengan menjunjung tinggi etika dan estetika berdemokrasi.

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar