SPACE IKLAN

header ads

"Seduluran Sak Lawase" Pererat Sanak Saudara dari Ikatan Keluarga Sidoluhur

Foto. Istimewa.

Jumat, 10 Mei 2024.
Oleh, Mell.
Editor, Baiq Nining

𝓦𝓪𝓻𝓽𝓪𝗕𝗨𝗠𝗜𝗚𝗢𝗥𝗔.𝗜𝗗,𝗝𝗔𝗞𝗔𝗥𝗧𝗔 - Menyebarnya penduduk dari desa ke Kota maupun ke  daerah-daerah yang mengalami perkembangan budaya, sosial dan ekonomi sudah berlangsung ratusan tahun bahkan ribuan tahun. Membentuk koloni diberbagai tempat belahan dunia hingga akulturasi kebudayaan maupun pola hidup yang menyesuaikan zamannya. 

Hal ini bahkan sejak di era Nusantara klasik membentuk peradaban berlangsung secara turun temurun. Urbanisasi, bahasa yang digunakan saat ini, diera yang dikatakan modern pun terus berlangsung. 

Desa Sidoluhur berawal dari Krajan, berasal dari kata Kerajaan dimana wilayah ini dulunya menjadi wewengkon atau bagian dari Kerajaan Mataram. 

Seperti juga salah satu keluarga yang sudah turun menurun berasal dari Desa Sidoluhur, Kec. Ambal, Kab. Kebumen Jawa tengah bermigrasi ke Jakarta, selepas Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya. Banyak warganya yang dipanggil untuk mengisi jabatan di pemerintahan Jakarta. 

Berkarir dan berkarya dengan pengabdian kepada bangsa dan negaranya. Tidak terasa lepas waktu puluhan tahun di Jakarta beranak pinak hingga cicit. 

Dirasakan banyaknya sanak saudara yang ada di Jakarta guna saling menguatkan sedulur salawase dibentuklah Ikatan Keluarga Sidoluhur (IKS). Tidak terasa sudah hampir 8 dasawarsa sejak didirikan.

Bertempat di Kopi Moje Cafe & Resto and Moje Garden, Jl. Rancamaya, Bogor Selatan, Bogor dalam rangka Silaturahmi dan Halal bihalal seluruh keluarga besar IKS berkumpul saling melepas rindu diantara kesibukannya yang terkadang melupakan waktu dan pikirannya untuk sekedar tegur sapa sedulur serta mempererat tali persaudaran (9/5/2024).

Keluarga besar Sedulur IKS memulai acaranya tepat pukul 09.00, dimulai dengan saling memperkenalkan antara sesama cucu dan cicit agar tetap terjalin tali persaudaraan dan untuk mengenal lebih dekat, namun tidak terlupa Indonesia Raya berkumandang di awal acara disertai games-games untuk menghibur cucu serta cicitnya. Dihadiri lebih dari 200 peserta, acara tersebut terlihat meriah dengan keguyuban ciri khas dari rakyat Indonesia. Saling tegur sapa, saling bercerita mengenai kisah-kisah masa kecilnya hingga foto-foto jaman dulu yang masih tersimpan membuka memory setapak jalan yang sudah dilalui selama ini.

Tanpa terasa waktu begitu cepat berlalu dirasa hingga sunset menyapa, namun semua pertemuan ada perpisahan, namun setiap perpisahan merupakan sebuah awal pertemuan. Meski harus berpisah sementara, wajah-wajah rekah sumringah tampak dari peserta menunjukkan kepuasaan masih dapat bertemu dan berangkulan melepas rasa kangen terpisah begitu lama dan berharap seperti pepatah jawa : 

*"Memayu hayuning pribadi, memayu hayuning kulawarga, memayu hayuning sesama, memayu hayuning bawana"*

(Berbuat baik bagi diri sendiri, keluarga, sesama manusia, makhluk hidup dan seluruh dunia)


Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar