SPACE IKLAN

header ads

Wisata Pantai Buncit Lembar Ditutup, Kades Sainah Meradang

Kades Sainah, saat di pantai Buncit Lembar. 

WARTABUMIGORA. Lombok Barat -  Akses wisata Pantai Buncit Desa Lembar Utara Kecamatan Lembar Lombok Barat ditutup,  sejumlah warga dan pedagang lakukan protes. 

Alasan di tutupnya akses pantai Buncit tersebut tidak mendasar, Hal ini disampaikan Kepala Desa Lembar,  Sainah saat ditemui awak media wartabumigora.id, Selasa (1/6/21),  bahwa Pemerintah Kabupaten Lombok Barat melalui pihak kepolisian (Polres Lombok Barat) minggu kemarin telah menutup wisata pantai Buncit tanpa berkoordinasi dengan pihak desa. Padahal menurut Kades (Sainah red) dengan dibukanya wisata di pantai buncit tersebut memberikan dampak yang positif bagi masyarakat, terutama para pedagang asongan. 

" Kami sangat kecewa dengan sikap pemerintah, sebab wisata di pantai buncit tersebut baru tiga bulan dibuka dan sekarang sudah ditutup. Ini yang menjadi persoalan kami bersama masyarakat." Ujar Sainah. 

Menurut Kades, ditutupnya pantai Buncit dari kegiatan wisata berawal dari adanya kegiatan pacuan kuda sehingga mendatangkan pengunjung yang signifikan, sebaliknya mendatangkan keuntungan kepada masyarakat setempat, terutama bagi pedagang kecil. Disamping itu dengan adanya kegiatan pacuan kuda tersebut, tentu memberikan dampak yang bagus bagi perkembangan wisata di Lombok Barat, padahal menurut (Sainah red)  wisata pantai buncit saat-saat ini sedang di promosikan, bahkan pemerintah desa tidak segan-segan menggelontorkan dana untuk membangun pasilitas tersebut. 

" Tentu kita dengan berbagai cara untuk mempromosikan wisata tersebut, bahkan sebenarnya pemkab harus bersyukur. Sebab kita baru buka langsung ratusan bahkan ribuan pengunjung membludak datangi pantai buncit untuk berwisata sekaligus melihat pacuan kuda, kan ini menarik sebenarnya." Ujar Kades. 

Ditanya soal Proses Covid-19, Kepala Desa Lembar tersebut membeberkan bahwa, panitia penyelenggara pada saat itu memberlakukan penjagaan super ketat, pasalnya bagi para pengunjung diperiksa sesuai Proses Covid-19 dan setiap pengunjung diperketat selalu memakai masker. 

Kendati demikian, Kepala Desa Lembar tersebut sangat menyayangkan sikap pernyataan salah satu anggota DPRD Lombok Barat terhadap salah satu media, bahwa pengunjung pantai buncit tersebut menyalahi proses Covid-19. 

" Pernyataan dewan tersebut tidak benar, dan ini memantik kontroversi bagi masyarakat saya, terlebih dalam promosi wisata tersebut ada bentuk perjudian kuda. Balapan kuda itu kan sebagai strategi kita untuk mempromosikan wisata kita supaya dunia luar tau." Beber Kades. 

Disamping ada balapan kuda itu semua merupakan strategi Pemerintah Desa untuk menggaet para wisata baik wisata lokal maupun asing, selain itu juga bisa menyerap dan meningkatkan perekonomian desa,  di mana masyarakat dapat berjualan. Bahkan dengan dibukanya wisata tersebut masyarakat begitu merespon di buktikan dengan antusiasnya melakukan gotong-royong menata pantai. 

" Bahkan mereka tidak kenal siang dan malam melakukan gotong-royong, terutama anak-anak muda. Dan apa pernyataan dewan itu tidak benar, sebenernya mereka harus mendukung kegiatan desa, kok ini sebaliknya begini, seharus nya apapun kita duduk bersila jika ada kelemahan kita mari kita diskusikan, jangan hanya koar-koar di media kan ini berujung fatal bagi masyarakat, terutama bagi para pedagang pemula." Kesalnya. 

Sainah berharap kepada pemerintah bahwa, untuk memberikan ruang kepada masyarakat terutama pedagang agar kegiatan tersebut diberikan untuk dibuka, sebab jika terus ditutup makan sampai kapan wisata lombok barat akan maju,  bahkan jika permasalahan balapan kuda menjadi pemantik sebenarnya pemerintah sangat keliru, dan perlu pemerintah telaah ajang pacuan kuda tersebut hanya sebagai ajang latihan bagi para peminat. 

" Bahkan kita harus bangga lombok barat hanya pantai buncit saja tempat ajang pacuan kuda, tidak ada di wilayah lain di pulau Lombok perkecuali di sumbawa." Katanya. 

Menyikapi hal tersebut, kini Pemerintah Desa Lembar bersama semua Kepala Dusun menolak sikap pemerintah lombok barat untuk menutup wisata tersebut. 

" Kita kemarin mengadakan rapat dengan semua kepala Dusun, serta pengurus Pokdarwis, dan BPD serta tokoh masyarakat dan unsur pemuda, akan membuka kembali wisata buncit dan kami kasihan kepada para pedagang yang baru membuka dagangan sampai membuat warung terus ditutup." Katanya. 

Semenjak ditutupnya wisata pantai buncit tersebut, saat ini sejumlah pedagang pemula seolah-olah mati suri, betapa tidak, tumpukan barang jajakannya begitu banyak, tenda warung-warung dibuat permanen, terlebih modal dagangan tersebut kebanyakan mereka meminjam, hal ini diutarakan salah satu pedagang saat ditemui wartabumigora.id.

Imah, sapaan akrab mengatakan, bermula mereka adalah seorang ibu rumah tangga yang profesinya sehari-hari adalah pengangguran, namun setelah Kepala Desa membuka wisata pantai Buncit dirinya memulai berjualan dengan modal pinjaman tetangga, setelah beberapa minggu berjualan, kini dirinya mendapat informasi dari desa bahwa wisata tersebut ditutup oleh pemerintah. 

" Saya bingung, sementara jualan saya masih banyak, bahkan pada waktu itu saya baru belanja di pasar untuk dijual besok, dan malamnya saya dapat informasi pantai buncit akan ditutup, kami bingung mau bawa kemana barang-barang tersebut sementara modal saya pinjem." Ulasnya. 

Tidak hanya itu, warung sederhana yang dibuat tentu menelan biaya yang begitu banyak bagi dirinya, sebelumnya (Imah red) berharap bahwa kelangsungan hidupnya dengan dibukanya wisata tersebut bisa dibilang ada pendapatan seharian untuk mendongkrak ekonomi keluarganya walaupun saat ini profesi suaminya hanya sebagai nelayan kecil. 

" Saya menjadi bingung, suami saya nelayan namun saat ini cuaca buruk mereka tidak pernah melaut, dan sebenarnya saya hanya bergantung pada ini,  berjualan namun sekarang pengunjung dipantai buncit sepi, terpaksa sy tutup dan bawa pulang barang dagangan saya, itupun bukan saya saja puluhan pedagang pada pulang semua." Jelasnya. (*).

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar