WARTABUMIGORA.ID|LOMBOK - Tulus Angen Community (TAC) merayakan ulang tahun ke-7 sebagai komunitas dan ulang tahun yang ke-4 sebagai yayasan Tulus Angen Indonesia (YTAI).
Diusianya yang ke-7 tahun ini, TAC telah berkiprah menjadi lembaga sosial kemanusiaan yang telah membantu ribuan kelompok rentan di Lombok Tengah bahkan hingga ke hingga daerah-daerah lainnya di Nusa Tenggara Barat (NTB).
Momentum ulang tahun TAC kali ini sebagai sarana untuk merajut dan memperkuat kembali kebersamaan dan kekeluargaan antar anggota TAC setelah terjadinya eskalasi geopolitik pada tahun 2024.
Founder TAC, Ahmad Fatony mengatakan, momentum lebaran dan momentum ulang tahun ini menjadi momentum untuk mempererat kembali hal-hal yang sempat renggang dan miskomunikasi yang sempat terjadi di tubuh TAC.
Bajang Tony sapaan akrabnya menyebutkan, pihaknya tidak memungkiri ada beberapa teman-teman TAC yang sempat mengalami hujatan setelah berada pada pilihan yang berbeda pada pesta demokrasi pemilihan kepala daerah di NTB tahun 2024.
"Dan saya pribadi dan teman-teman yang lain punya pilihan, apa ya. Kalau saya melihat kemarin itu banyak yang berspekulasi bahwa itu adalah pilihan lembaga (TAC). Itu sama sekali bukan. Karena lembaga itu dalam posisi netral. Jadi harus dipahami masyarakat bahwa lembaga (TAC) ini dibentuk bukan lembaga politik yang bisa diarahkan ataupun dibawa untuk politik praktis," jelas Bajang Tony saat dikonfirmasi Media di Praya, Kamis (10/4/2025).
Bajang Tony mengaku bahwa pihaknya memang tidak bisa memisahkan pribadi-pribadi yang ada diorganisasi dengan pilihan politik. Namun bagi Bajang Tony, hal yang harus dipahami bersama TAC ataupun YTAI adalah lembaga independen yang bergerak dibidang sosial.
Olah karena itu, jika ada anggota yang mempunyai pilihan politik maka pilihan tersebut adalah pilihan pribadi bukan pilihan lembaga YTAI atau TAC.
Lebih lanjut Bajang Tony mengatakan, TAC hadir berawal dari keresahan tragedi gempa tahun 2019. Setelah gempa usai, TAC mulai merambah ke beberapa isu sosial mulai dari literasi hingga isu kemiskinan.
Berawal dari hanya beberapa orang yaitu Bajang Tony, Amaq Ohan, Ryan dan Bading yang berkumpul dengan beberapa anak muda di Praya Lombok Tengah membentuk sebuah komunitas yang bernama Tulus Angen Community.
Dikatakan Bajang Tony, dari komunitas kecil tersebut, teman-teman yang mulai terpanggil karena pihaknya merasa satu visi. Bagi Bajang Tony, orang-orang yang tergabung di TAC adalah orang-orang yang tanpa direkrut secara langsung karena termotivasi bersama oleh satu tujuan bagaimana memberikan layanan-layanan terbaik kepada masyarakat yang membutuhkan bantuan.
"Pure (murni) kami berbicara tentang social oriented yang artinya memang kami punya keyakinan bersama, keyakinan yang sama bahwa tuhan lah yang mampu memberikan balasan terbaik, bukan manusia. Karena balasan manusia biasanya itu tidak sebanding dengan balasan yang diberikan oleh tuhan," jelas Bajang Tony.
Bajang Tony menyebut, ketika membantu manusia yang lain maka tuhan yang akan memberikan penghargaan dan balasan yang setimpal bagi tim dan relawan TAC. Sehingga dengan semangat tersebut, teman-teman tergerak untuk melakukan kegiatan-kegiatan sosial bersama TAC.
Setiap apa yang menjadi gerakan TAC, semuanya bersifat gotong royong. Pihaknya berusaha menghimpun baik materi maupun dukungan sosial lainnya kepada masyarakat secara umum.
Tujuannya supaya semua orang merasa bahwa kepedulian itu harus dibangun dengan asas gotong royong. Dikarenakan jika hanya satu dua orang maka memungkinkan akan terjadinya one man show.
"Kami tidak menginginkan bahwa kegiatan sosial ini, hanya dimiliki oleh personal-personal. Kegiatan sosialnya seharusnya semua, harus peduli dengan sesama. Karena kalau orang-orang memiliki hati yang sama untuk membantu orang lain maka masalah-masalah sosial akan tidak ada," jelas Bajang Tony
Meski demikian, lanjut Bajang Tony, masalahnya sekarang ini adalah banyak manusia yang belum terketuk hatinya untuk saling membantu satu sama lain.
Maka harapan Bajang Tony adalah pihaknya melalui TAC kedepan ingin bercerita kepada seluruh dunia bahwa mari sama-sama saling membantu satu sama lain. Baginya, kepekaan sosial yang perlu disentuh. Jika kepekaan sosial dan sifat gotong royong terbangun, maka masalah-masalah sosial tidak akan muncul.
Sehingga kedepan tidak perlu mengharapkan pemerintah secara umum baik pemerintah pusat sampai dengan pemerintah terbawah untuk turun langsung. Karena bagi Bajang Tony, pemerintah juga punya banyak keterbatasan-keterbatasan.
0 Komentar