SPACE IKLAN

header ads

Mohon, Mangesthi, Mangastuti, Marem

Foto. Ilustrasi


Senja tiba setelah melewati masa pagi, meredup, temaram akhirnya datang situasi gelap. Adalah siklus alam menggambarkan tahapan berbeda di malam hari saat matahari terbenam dan kegelapan turun.

Senja adalah periode waktu menjelang malam tiba ketika langit masih agak terang, namun matahari telah menghilang di bawah cakrawala. Hal ini sering ditandai dengan cahaya redup dan lembut, ini adalah titik di mana kegelapan mengambil alih.

Senja mengajarkan bahwa menanti itu tidak mudah, berjuang pun juga sama susahnya. Apalagi harus berjuang menunggu seseorang dalam ketidakpastian.”

Siklus bergantian, alam tak perlu berjanji untuk datang dan kembali. Dia hanya butuh waktu untuk menepati. Karena dia tahu, menghindari bukan berarti menyelesaikan segala harapan. Tapi kegelapan bisa jadi peringatan untuk menguji sebuah kesetiaan dan ketaatan kepada Tuhan YME.

Dari situlah keadaan dan nasib harus diterima semua dari dirinya sendiri yang berpacu dengan waktu. _"Demi waktu manusia dalam kerugian kecuali yang selamat karena tetap setia menempuh jalanya Sang Pencipta_"

Demikianlah kehidupan negara akan selamat atau hancur. Terlalu sederhana menumpahkan kegelapan negara pada sebab lain sekedar membela diri, toh ahirnya temaram lenyap di alam kegelapan

Merintih bahkan menangis pun akan sia sia, ketika sudah di alam kegelapan. Negara tak tahu lagi arah tak lagi memiliki kompas kehidupan. Semua terjadi karena dirinya sendiri atau karena pemimpin yang pongah, sombong, bodoh dan buta sejarah perjalanan bangsa dan negaranya.

Tidak paham alam akan berganti sesuai kodratnya, demikianlah negara akan jaya atau hancur dalam menapaki sejarah kehidupannya.

Sesuai kehendak alam sering terjadi kebaikan kehidupan suatu kaum akan datang setelah generasi sebelumnya dihancurkan karena congkak yang "Bahkan Tuhan pun sudah tidak ditakuti, dihancurkan dulu untuk bisa keluar dari kegelapan nya".

Sore hari di dalam situasi yang hening di lingkungan kompleks tua, muncul "Kidung Kebajikan" dari seorang lelaki paruh baya yang diyakini telah merasakan betapa negeri di hancurkan oleh generasi yang buta sejarah para pejuang yang telah berlimpah darah memperjuangkan kemerdekaan negara, bergumamlah dari perasaannya yang terdalam.

"Mungkinkah negara ini akan di kembalikan dari kegelapan nya, setelah melewati kehancurannya secara total sebagai pelajaran bagi para pemimpinnya yang sudah lengah dari wewaler para pejuang pendiri bangsa ini".

"Senandung bijak diatas ditutup dengan doa keselamatan oleh seorang lelaki yang menyandang Maharaja, diamini Seorang Srikandi Matah Ati yang telah memberikan pencerahan dalam kontemplasi saling tukar-menukar pikiran membaca situasi negara yang makin gelap gulita".

Dipersembahkan oleh : Ardi Purnomo

17 Sawal 1957,Tahun Jimawal, 18 Syawal 1445, 27 April 2024 

Slipi, The land of the brave

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar