SPACE IKLAN

header ads

Nenek Masneh, Terus Berkarya di Usia Senja


Foto. Nenek Masneh.

Oleh. Lalu Irsyad.

Wartabumigora.com, LOMBOK TENGAH - Patut diteladani, meski sudah tua renta, tak menyulut semangat nenek Masneh ( 80 tahun ) warga Desa Labulia induk Kecamatan Jonggat Lombok Tengah untuk tetap berkarya.

Jari jemari yang sudah tampak lesuh, masih cekatan mengulat rangkain tali daun Pandan menjadi aneka hasil kerajinan alas tikar berkualitas.

Digeluti sejak usia muda, pembuatan tikar Pandan tetap setia mengiringi perjalanan hidupnya hingga memiliki 19 cucu dari 6 orang anak yang telah dibesarkan dengan susah payah melalui hasil usaha tersebut.

Nenek Masneh mengatakan, alasan untuk mempertahankan keberadaan tikar Pandan, selain merupakan profesi turunan warisan orang tua, kebutuhan akan tikar pandan terkategori tradisional juga tetap eksis meskipun mendapat persaingan ketat dari produk tikar industri modern.

Dikalangan masyarakat sasak Lombok sendiri, dalam pelaksanaan prosesi adat begawe nikah atau kematian tikar pandan memiliki peran penting, digunakan jadi alas penampungan nasi dalam jumlah besar setelah matang. Dilain hal, tikar pandan juga mempunyai nilai sakral melengkapi peralatan di kurung batang sebagai alas mayat orang meninggal.

" Saya bertahan karena masyarakat membutuhkan, ndak mau nyusahin anak juga, mau urus diri sendiri aja sampai mati, biarlah anak cucu yang merasakan manfaat dari saya, " katanya sembari mengulat.

Soal proses produksi, Nenek yang selalu tampil ceria itu menjabarkan bahan komoditi diperoleh dari kebun yang sengaja ditanami khusus daun pandan atau di persawahan yang banyak tumbuh liar.

Dijelaskan, pertama tama, daun dipisah dari duri bokongnya, kemudian digulung melingkar lalu diikat. Selanjutnya dijemur dalam kurun waktu 5 hari sampai benar-benar kering. Setelah itu diluruskan, lalu barulah dianyam. 

" Biasanya dalam seminggu 5-7 buah tikar tersedia, saya hanya memenuhi pesanan, tidak repot menawarkan lagi, karena saya sudah dikenal," tambah Nek Masnah.

Sementara harganya pun sangat terjangkau. Ukuran besar 1 x 2 meter dipatok Rp. 25.000 saja. Untuk ukuran kecil hanya berkisar 15 ribuan per satu buah tikar.

Selain untuk kebutuhan mendasar, beragam variasi juga dikreasikan seperti membuatnya dalam bentuk sajadah sholat sampai memenuhi keperluan duduk saat rekreasi, berkemah ataupun mancing, ada juga para pengrajin lain sengaja beli bahan mentahnya untuk kembali membuat kerajina lain seperti topi, tas, dan lainnya.

Foto. Tikar daun Pandan.

Dengan adanya pelanggan tetap dan konsumen baru yang terus bermunculan, itulah yang mendorong semangatnya untuk tetap berkarya. Disamping diniatkan sebagai sarana ibadah ia berharap pekerjaannya dapat terus memberi manfaat bagi keluarga dan banyak orang.

Bagi para pemuda ia berpesan, agar bisa mengembangkan potensi yang ada selagi ada kesempatan sebelum masa tua datang. 

" Apapun yang kita geluti jika ditekuni pasti akan membuahkan hasil pada waktu yang tepat, kuncinya jalani dengan sungguh-sungguh dan sabar, " cetusnya.
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar