SPACE IKLAN

header ads

Bupati Fauzan Jadi Pembedah Buku 'Historiografi Ulama Sunyi'

Oleh. L. Emmy. 
Rabu. 30 Maret 2022.

Lombok Barat - Dinas Kearsipan dan Perpustakaan (Disarpus) Kabupaten Lombok Barat dan tim penulis serta Lombok Haritage Society (LHS) menggelar bedah buku "Historiografi Ulama Sunyi" karya dari Pahrizal Iqrom, Taufan Rahmadi, Dr. Abdurrahman, Aeni Ahmad, Budi Hartono, Fendi Lukman dan M. Idrus. 

Hadir sebagai pembedah, Bupati Lombok Barat (Lobar) H. Fauzan Khalid, Ketua PCNU Lobar sekaligus akademisi UIN Mataram Dr. H. Nazar Na'ami, Prof. H. Ady Fadly (Akademisi UIN Mataram) dan Rektor IAI Qomarul Huda Dr. Ahyar Fadli. Hadir pula Kadis Sarpus Lobar H. Saepul Akhkam dan sejumlah kepala OPD berlangsung di Kantor Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Lobar, Senin (28/6). 

Beberapa catatan disampaikan oleh para pembedah dan peserta yang hadir dalam bedah buku dengan tebal 349 tersebut. Dalam buku Pahrizal Iqrom ini, mengulas tentang sosok dan kiprah TGH. Nasrudin atau Datok Gelogor. Karena sosok Datok Gelogor tak terlalu terdengar, namun kontribusi dan partisipasi publiknya sebagai warga negara dan ulama begitu tinggi. 

Dr. Ahyar Fadly juga Rektor IAI Qomarul Huda menyampaikan beberapa catatan yang perlu diperhatikan oleh penulis. Di antaranya, ada beberapa paragraf yang kurang jelas atau tidak nyambung antara satu dengan yang lain sehingga ada yang terputus. Selain itu ulasan Datok Gelogor terkait silsilah keguruan ilmu tarekat yang belum dijelaskan. Karena Datok Gelogor sendiri berada di Mekkah tujuh tahun. 

"Harusnya digambarkan kepada siapa saja Datok belajar ilmu tarekat. Perlu diperbaiki, sebab kalau dilengkapi tentu buku ini akan semakin menarik," jelas Doktor Ahyar. 

Menurutnya, sesuai judul buku sosok Datok Gelogor disebut ulama sunyi karena dalam setiap pergerakan menyampaikan ilmu tidak terpublikasi, namun tetap membuka majelis-majelis. 

Sementara itu Dr. H. Nazar Na'ami memberikan sejumlah masukan mulai dari daftar isi dalam BAB tidak terstruktur sistematis. Seharusnya diawali dari sejarah perjuangan dari ulama ini. 

"Karena kalau melihat tahun lahir, beliau sudah cukup dewasa 45-47 tahun. Posisi saat itu beliau di mana, dan kalau beliau ada di Gelogor, apa peran beliau dalam perjuangan. Karana di buku tertuang dan ditulis perlawanan dari masyakarat Gelogor," kata dia. 

Ketua NU Lobar ini memberikan masukan soal bagiamana kiprah politik Datok Gelogor. 

Menurutnya, hal ini harus diuraikan karena tak lepas dari percaturan politik masa itu. Karena saat itu Presiden Soekarno datang ke TGH. Nasrudin atau Datok Gelogor, dimana beliau adalah tokoh Partai Nasional Indonesia (PNI). 

"Apa yang mendorong di balik kedatangan Beliau (Soekarno) ke Gelogor kala itu?," kata dia. 

Hal inilah kata dia, perlu penguatan-penguatan kata. Ia juga meminta agar penulis lebih teliti editing layout-nya, sehingga lebih menarik lagi untuk dibaca. 

Di tempat yang sama Bupati Lobar H. Fauzan Khalid mengatakan, apa yang disampaikan untuk melengkapi dan menyempurnakan isi buku ini ke depan. 

"Pertama saya menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya kepada penulis," kata Fauzan. 

Fauzan meminta agar sistematis buku disempurnakan, dan judul mencerminkan isi. Sehingga perlu dielaborasi. Menurutnya, ada yang putus informasi yang ingin disampaikan dalam buku tersebut. 

Berikutnya, perlu ada indeks sehingga bisa mencantumkan pengertian istilah yang tertuang dalam buku. 

Ojan akrabnya disapa juga memberikan masukan, penulis jangan hanya terpaku pada dokumen yang ada. 

"Saya yakin banyak tokoh-tokoh yang mengenal TGH. Nasrudin atau Datok Gelogor, perlu terus digali semua informasi, minimal memperkaya perspektif penulis sehingga memilih kata tidak terpaku pada dokumen yang ada," harapnya. 

Salah seorang penulis Pahrizal Iqrom menyampaikan berbagai masukan dari pembedah buku dan peserta sebagai bahan untuk perbaikan ke depan. Kenapa mengangkat judul sunyi, karena menurut dia, Datok Gelogor sebagai ulama tidak terlalu terdengar di permukaan. Namun kontribusi dan partisipasi publiknya sebagai warga negara dan ulama begitu tinggi.

"Maka dari itu kami dari tim penilai Lombok Haritage Society, mengangkat judul buku ini "Historiografi Ulama Sunyi". Itu alasannya," kata dia. 

TGH. Nasrudin atau Datok Gelogor sebagai ulama memilki jaringan keulamaan. Sebagai alumni Timur Tengah, Haramain dan eksis begitu lama di Haramain. Dan pulang kampung dan menjalin jaringan-jaringan ormas Islam di Lombok dan Indonesia. Datok Gelogor menjadi jaringan penguat ormas. Uniknya, Datok Gelogor adalah ulama tidak anti terhadap golongan. Artinya Datok Gelogor sangat akomodatif terhadap berbagai ormas dan ulama serta jaringan politik yang datang konsultasi ke Datok Gelogor.

Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar