SPACE IKLAN

header ads

Jamaah Haji Berdesakan di Tenda Mina, Yaqut Sebut Dulu Juga Gitu


Foto. Istimewa. 

Rabu, 19 Juni 2024.
Oleh. Mell. 
Editor. Lalu. 

𝓦𝓪𝓻𝓽𝓪𝗕𝗨𝗠𝗜𝗚𝗢𝗥𝗔.𝗜𝗗, 𝗝𝗔𝗞𝗔𝗥𝗧𝗔- Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas merespons keluhan tenda jemaah haji Indonesia di Mina, Arab Saudi. Ia merespons kritik ruang yang tersedia untuk jemaah di tenda hanya 0,8 meter per-orang.

Yaqut berdalih wilayah Mina sangat terbatas. Dengan kuota 213.320 jemaah, maka ruang yang tersedia kurang dari 0,8 meter persegi per orang.

"Mina dari dulu seperti itu. Sejak kuota kembali normal pada 2017, isunya selalu soal kepadatan. Sehingga, menerima tambahan kuota selalu menjadi berkah sekaligus tantangan," ujar Yaqut dalam keterangan resmi, Rabu (19/6).

"Dalam keterbatasan wilayah, ada tantangan kenyamanan, bahkan keselamatan jiwa. Ini yang perlu menjadi pertimbangan," lanjut Yaqut.

Kendati demikian, Yaqut bersyukur karena menurutnya proses puncak haji berjalan lancar. Yaqut mengatakan dinamika di Mina menjadi bagian yang akan dievaluasi oleh Kementerian Agama.

Lebih lanjut, Yaqut menyebut pihaknya bakal segera menggelar evaluasi atas penyelenggaraan haji tahun ini. Terdapat sejumlah catatan akan menjadi bahan perbaikan untuk musim haji mendatang.

"Kita tetap akan upayakan kuota tambahan dalam jumlah yang terukur untuk tetap menjaga kenyamanan dan keselamatan jemaah," kata dia.

Adapun Yaqut mengatakan Indonesia kembali mendapat kuota 221.000 jemaah pada operasional haji 1446 Hijriah/2025 tahun depan.

Kepastian kuota haji 2025 ini diperoleh setelah Yaqut menghadiri Tasyakuran Penutupan Penyelenggaraan Ibadah Haji 1445 H dan Pemberian Kuota Haji 1446 H.

"Sesuai surat yang saya terima, bahwa Indonesia mendapat 221.000 kuota haji 1446 H/2025 M," jelas Yaqut.

Yaqut menilai penyelenggaraan ibadah haji 2024 ini berjalan sukses.

Ia menjabarkan sejumlah indikator. Pertama, pelayanan jemaah pada fase kedatangan berjalan lancar.

Yaqut mengatakan kuota jemaah haji reguler sebanyak 213.320 jemaah terserap optimal, hanya menyisakan 45 jemaah yang tidak bisa digantikan karena proses visa sudah ditutup.

"Ini angka kuota tidak terserap yang terkecil dalam lebih 10 tahun penyelenggaraan ibadah haji," sebut dia.

Indikator kedua menurut Yaqut adalah proses pelayanan jemaah pada fase kedatangan juga berjalan lancar, baik di Madinah maupun Makkah. Ia mengklaim jemaah bisa mendapatkan layanan katering, transportasi, akomodasi, termasuk pelindungan jemaah, dan bimbingan ibadah.

Padahal, kata dia, Indonesia merupakan pengirim jemaah haji terbesar di dunia.

"Layanan fast track untuk kali pertama di tiga embarkasi, Jakarta, Solo, dan Surabaya juga berjalan lancar," terang dia.

"Layanan katering, bahkan bisa tetap diberikan hingga jelang puncak haji. Ini juga kali pertama dilakukan dalam kuota normal, setelah sebelumnya diterapkan pada 2022," tambahnya.

Indikator ketiga, lanjut Yaqut, proses puncak haji berjalan lancar. Ikhtiar mitigasi yang dilakukan Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) bersama otoritas Saudi berhasil memperlancar proses pergerakan jemaah dari Arafah ke Muzdalifah dan Mina.

"Skema murur atau melintas di Muzdalifah banyak mendapat apresiasi. Jemaah bisa diberangkatkan lebih awal, jam 07.37 waktu Saudi sudah tidak ada di Muzdalifah. Ini patut disyukuri," imbuh dia.

Sebelumnya, Wakil Ketua DPR sekaligus Ketua Tim Pengawas (Timwas) Haji RI Muhaimin Iskandar atau Cak Imin menyampaikan kritik keras terkait kondisi tenda jemaah haji Indonesia di Mina yang sempit dan tak sesuai kapasitas.

"Mengintip jamaah tidur berhimpitan kayak sarden dan di lorong sempit antartenda," kata Cak Imin dalam sosial media X pribadinya @cakimiNOW.

Cak Imin mengatakan tenda dengan pengguna berlebih ini mengakibatkan banyak jemaah yang tidak kebagian tempat tidur di dalam tenda.

"Satu orang cuma 0,8 meter, artinya 1 meter enggak nyampe, akhirnya tidur di lorong. Ini tidak boleh terulang," katanya.

Di sisi lain, Cak Imin juga mendapatkan informasi adanya tenda lain yang justru lebih luas. Menurutnya, hal ini tidak adil. Dia pun mengusulkan ke depannya agar tenda harus sama ukurannya.

"Lalu yang kedua, ada tenda yang berlebihan, leluasa. Ini enggak adil, cara pembagian yang salah," imbuhnya.

"Ke depan, tiap tenda harus ukuran per orang per nama, kayak di hotel," imbuhnya.


Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar