Penulis : Lalu Wink Haris (Presiden LSM KASTA NTB)
Dominasi Retorika Ketimbang Aksi Konkret
Selama dua bulan lebih memimpin NTB, Lalu Muhammad Iqbal cenderung banyak berbicara tentang rencana dan akan melakukan sesuatu, namun belum menunjukkan langkah-langkah konkret di lapangan. Wacana tentang meritokrasi, perbaikan birokrasi, dan reformasi BUMD lebih banyak masih dalam tataran pernyataan publik, belum menjelma menjadi kebijakan nyata.
Inkonsistensi antara Perkataan dan Tindakan
Sikap Iqbal memperlihatkan ketidakselarasan antara retorika dan implementasi. Di satu sisi, ia mengklaim akan menghapus praktik-praktik lama yang buruk; di sisi lain, dalam praktiknya, justru lebih buruk dengan pola lama, bahkan terjebak dalam manuver politik untuk mengamankan posisinya. Meritokrasi yang dijanjikan terlihat lebih bersifat formalitas tanpa eksekusi nyata.
Membungkus Ketidakmampuan dengan Kambing Hitam
Alih-alih menawarkan solusi progresif, Iqbal seringkali membungkus kegamangan pemerintahannya dengan menyalahkan "kebijakan masa lalu." Ini tampak dari berbagai pernyataan yang menyinggung kesalahan gubernur sebelumnya, termasuk dalam isu tata kelola BUMD seperti Bank NTB Syariah, padahal menurut laporan resmi (OJK), kondisi Bank NTB Syariah sehat.
Fokus pada Citra Media daripada Kerja Nyata
Iqbal aktif membangun narasi pencitraan melalui media, seolah-olah program-program besar sudah dilaksanakan. Namun, jika diurai satu per satu, program tersebut masih sebatas draft, persiapan, atau rencana, belum menyentuh implementasi riil yang berdampak langsung kepada masyarakat.
Ketidakmatangan Psikologis dalam Kepemimpinan
Dari sisi psikologis, cara Iqbal mengomunikasikan niat untuk "tidak mengulangi kesalahan lama" justru mengindikasikan ketidakdewasaan dalam menyikapi tantangan. Dengan terus-menerus menyalahkan pendahulunya, ia terlihat lebih berfokus mencari pembenaran ketimbang membangun pondasi kepemimpinan yang kuat.
0 Komentar